Follow Us @soratemplates

10/06/18

Review : Cantik Itu Luka

Juni 10, 2018 0 Comments

 
Novel Cantik Itu Luka
Source : Detik.com


Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan adalah novel klasik unik surealisme yang me-mix and match kan unsur - unsur masyarakat Indonesia zaman pra kolonialisme Jepang hingga post kemerdekaan Indonesia.  Setting waktunya bisa dibilang sangat - sangat panjang, mengingat novel ini menceritakan kisah 4 generasi berturut - turut.
Kisahnya diwali dengan seorang ibu yang menjadi primadona dimasanya dengan 3 orang anak perempuan yang semuanya cantik, ia mengharapkan seorang anak yang buruk rupa ketika sedang hamil anak ke-4. Doanya dikabulkan oleh yang Maha Kuasa, lahirlah seorang bayi perempuan buruk rupa yang ia beri nama Si Cantik.

Kontras dengan cover versi terbarunya yang berwarna pink, cantik dan ilustrasi negeri dongeng yang mengimajinatifkan kita akan hadirnya cerita yang indah......, tutur bahasanya jauh dari kata lembut dan halus bahkan bisa bilang terlalu vulgar. Kurangnya label batasan usia pada covernya bisa membuat seseorang 'kecelik' karena keluar dari ekspektasi yang digambarkan covernya (termasuk saya :p). 

Terlepas dari segi kevulgarannya, yang membuat novel ini menarik adalah cara penarasiannya yang loncat dari satu tokoh ke tokoh lainnya namun tetap bisa tersambung dengan apik. Padahal karakter masing - masing tokoh sangat variatif,
Mulai dari tokoh utama Dewi Ayu, seorang keturunan tuan tanah Belanda dengan gundik pribuminya. Kisah kelam Dewi Ayu menjadikan dirinya seorang wanita tangguh, acuh dengan norma dan citra buruk dari masyarakat tentang dirinya yang sorang pelacur nomor 1 di Halimunda. Nyatanya ia menjadi tokoh tenor di Halimunda yang tak butuh sosok laki - laki, tapi dibutuhkan oleh laki - laki. Yang membuat saya heran ketika membaca bagian awal adalah tokoh Dewi Ayu yang bangkit dari kubur, mencari anaknya yang dulu diharapkannya lahir buruk rupa.
Kemudian anak - anaknya, Alamanda, Adinda dan Maya Dewi,  yang ketiganya cantik sempurna namun memiliki nasib yang pelik akibat dendam leluhurnya. Dan tokoh Si Cantik, anak bungsu Dewi Ayu yang buruk rupa, saking buruknya ia digambarkan berkulit hitam legam dan berhidung seperti colokan listrik. Dan tokoh - tokoh pria lainnya yang turut menjalin jalannya cerita, seperti Kamerald Kliwon yang seorang anggota komunis; satu - satunya laki - laki yang dicintai Alamanda namun naasnya nasib membawanya untuk menikah dengan Shodanco seorang gerilyawan perang yang disegani di Halimunda, Maman Gendeng yang jatuh cinta kepada Dewi Ayu namun akhirnya ,menikah dengan si bungsu Maya Dewi, dll.

Cantik Itu Luka, berakar dari dendam masa lalu Ma Gendik yang sakit hati karena kekasih yang dicintainya Ma Iyang dijadikan gundik oleh Ted Stampler. Dari anak keturunan Ted Stampler inilah lahir Dewi Ayu, lahir dari darah bangsawan kemudian mengalami masa - masa surut kolonialisme Belanda karena tergeser oleh kedatangan Jepang, diasingkan hingga menjadi seorang pelacur elegan di Halimunda di kemudian era.

Sekali lagi, bila mengharapkan kisah cinta yang indah dan berakhir bahagia, anda tidak akan menemukannya di Novel ini.
Meski ceritanya agak konyol dan banyak hantunya (meski bukan bergenre horor), novel ini cukup menghibur dan menambah wawasan kita akan gambaran sejarah masa pra dan post kemerdekaan masyarakat Indonesia dulu.

Well, tapi kalau untuk hiburan ringan saya lebih prefer "Satu Hari di 2018"nya Boy Candra yang rencananya mau dibahas di post selanjutnya :).